ANALISIS SEMIOTIKA DALAM IKLAN KOMERSIAL “BURGER KING: THE MOLDY WHOPPER” by FITYAN ABRAHAM / 1A5 (202310415032)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Burger King adalah salah satu restoran cepat saji terkemuka di dunia. Didirikan pada tahun 1954 di Miami, Florida, AS, Burger King telah berkembang menjadi jaringan restoran global dengan ribuan toko di seluruh dunia. Restoran ini terkenal dengan menu utamanya yaitu hamburger yang menjadi ciri khasnya. Burger King terkenal dengan Whopper, salah satu burger paling ikonik di industri makanan cepat saji.

Selain itu, mereka juga menawarkan berbagai macam burger, ayam goreng, kentang goreng, minuman dan makanan lainnya. Burger King sering dikenal dengan inovasi dan kreativitasnya dalam kampanye pemasaran. Mereka tidak segan-segan membuat iklan kontroversial atau tidak biasa untuk menarik perhatian konsumen.

Sebagai salah satu pemain terbesar di industri makanan cepat saji, Burger King bersaing dengan merek lain seperti McDonald's, KFC, Wendy's dan lain-lain. Persaingan ini mendorong Burger King untuk terus berinovasi dalam produk, layanan, dan strategi pemasaran.

Burger King berkomitmen terhadap bahan-bahan berkualitas dan menawarkan beragam produk kepada pelanggannya. Mereka terus mengembangkan menu dengan tetap menjaga kualitas makanan. Dalam beberapa dekade terakhir, Burger King telah berkembang secara signifikan di seluruh dunia, membuka toko di banyak negara di dunia. Hal ini mencerminkan keinginan mereka untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan menyesuaikan menu mereka dengan preferensi lokal.

“The Moldy Whopper” adalah kampanye iklan yang diluncurkan oleh Burger King pada tahun 2020. Iklan ini bertujuan untuk menyoroti keputusan Burger King untuk menghilangkan bahan pengawet dari produk ikoniknya, Whopper. Dalam iklan ini, Burger King menampilkan Whopper yang dibiarkan berjam-jam, menunjukkan bahwa burgernya bebas bahan pengawet. Tujuan dari iklan ini adalah untuk menunjukkan nilai merek Burger King, yaitu komitmen mereka dalam menggunakan bahan-bahan segar dan alami serta jujur ​​dalam menghadirkan produk apa adanya. Dengan visual yang dramatis, mereka ingin menekankan bahwa Whopper mereka bebas bahan pengawet, meskipun itu berarti menggambarkan hamburger yang berjamur.

Pada tahun 2020, Burger King mengubah kebijakannya untuk menghilangkan bahan pengawet dari Whoppersnya untuk memberi tahu konsumen bahwa produk mereka tidak mengandung bahan kimia tambahan.

Iklan ini mendapat banyak tanggapan. Beberapa orang mengapresiasi transparansi dan kejujuran Burger King dalam menyajikan produknya tanpa bahan pengawet, sementara yang lain mungkin terkejut atau terganggu dengan citra Whopper yang berjamur. Namun secara keseluruhan, iklan ini menunjukkan keseriusan Burger King dalam menawarkan lebih banyak makanan alami kepada konsumen.

Kampanye ini juga menyampaikan pesan kepada seluruh industri makanan cepat saji tentang kejujuran dan transparansi dalam menyajikan produk mereka. Hal ini menegaskan bahwa penghapusan bahan pengawet dapat memberikan nilai tambah untuk mendorong kualitas bahan pangan yang lebih baik.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Iklan

Iklan merupakan bagian dari komunikasi karena pada dasarnya iklan merupakan proses penyampaian pesan. Pesan tersebut berisi informasi tentang suatu produk baik barang maupun jasa. Iklan disampaikan secara persuasi dan bertujuan untuk memengaruhi khalayak. Maka, biasanya iklan disampaikan melalui media massa baik cetak maupun elektronik agar dapat diterima oleh khalayak luas secara serempak. Dapat dikatakan pula iklan merupakan jenis komunikasi nonpersonal, senada dengan beberapa definisi iklan berikut ini.

1) Iklan adalah komunikasi komersial dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media yang bersifat massal, seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Lee dan Johnson, 2007: 3).

2) Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi yang terdiri atas informasi dan gagasan tentang suatu produk yang ditujukan kepada khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik, iklan berusaha untuk memberikan informasi, membujuk dan meyakinkan (Sudiana, 1986:1).

Banyak jenis iklan yang masing-masing memiliki karakter tersendiri. Sebuah iklan memerlukan ide-ide dan konsep kreatif agar pesan persuasif tersebut dapat diterima khalayak. Dalam produksi iklan, ada perhatian yang obsesif dan hasrat untuk membuat setiap detail terlihat benar dan real. Proses produksi iklan selalu diwarnai dengan tipifikasi dan idealisasi. Menurut Marchand, tidak ada iklan yang ingin menangkap kehidupan seperti apa adanya, tetapi selalu ada maksud untuk memotret ideal-ideal sosial, dan merepresentasikan sebagai sesuatu yang normatif, seperti kebahagiaan, kepuasan (Noviani, 2002: 58).

Dapat juga dikatakan bahwa iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana promosi untuk menawarkan barang dan jasa saja, tetapi mengalami perluasan fungsi, yaitu menjadi alat untuk menanamkan makna simbolik melalui bahasa dan visualisasi dalam pesan iklan.

Sesuai dengan karakternya, iklan merupakan potret realitas yang ada di masyarakat sehingga dapat menyebarkan nilai-nilai sosial, budaya, politik, dan sebagainya.

Di belakang iklan yang baik terdapat sebuah konsep kreatif, sebuah ide besar yang membuat pesannya menjadi berbeda, merebut perhatian, dan mudah diingat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal konsep kreatif iklan adalah sebagai berikut.

a) Teknik Memproduksi Ide

Ide untuk melupakan pekerjaan dan membiarkan pikiran bawah sadar merenungkan gagasan-gagasan merupakan hal yang khas dalam proses penulisan kreatif.

b) Pemikiran Lateral

Sebuah proses pemunculan gagasan lain yang digunakan secara luas sekarang ini adalah pemikiran lateral. Proses ini mengeksplorasi hubungan-hubungan baru, memecahkan pola- pola pemikiran mapan untuk membangkitkan gagasan-gagasan baru dan melepaskan cara-cara pemikiran lama karena gagasan- gagasan dijungkirbalikkan dan didapatkan dalam cara-cara baru. Konsep ini disebut cara berpikir keluar-dari-kotak (out of the box thinking).

c) Bercerita

Iklan yang terbaik adalah berupa sebentuk pembicaraan berita iklan yang sangadek. Iklan dan memiliki seluruh komponen sebuah cerita pendek. Iklan tersebut memperkenalkan kaponer karakter, mengidentifikasikan keterangan dan permasalahan, mengembangkannya menuju konflik, kemudian menawarkan solusi, biasanya diberikan oleh produk atau jasa yang dipromosikan. Sebagian iklan televisi terbaik dapat disebut berupa lirik. Iklan semacam ini memiliki kualitas puitis yang menyiarkan kisah-kisah legenda atau mitos yang akrab dengan budaya khalayak target ke dalam spot-spot seringkas 15 detik (Lee dan Johnson, 2007: 170- 174).

Memaknai sebuah pesan terkadang tidak sama antara satu orang dengan orang lainnya. Terkadang pesan iklan dibuat sedemikian unik sebagai bentuk kreativitas pembuatnya, yang justru hanya berupa representasi suatu fenomena yang harus dimaknai oleh penonton atau pembaca iklan tersebut. Dalam kaitannya dengan semiotika, iklan dapat dimaknai menggunakan teori dan metode semiotika.

2.2 Pengertian Periklanan

Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Sedangkan periklanan (advertising) adalah segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa (Kotler dan Armstrong, 2002:153).

Periklanan merupakan pesan pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya (Jerkins, 1997-5). Sedangkan iklan adalah promosi barang, jasa, perusahaan, dan ide yang harus dibayar oleh sponsor (Supriyanto, 2008:19). Sponsor dalam hal ini merupakan perusahaan tertentu yang nantinya menjadi klien penyedia jasa promosi.

Menurut Wells (1992), periklanan adalan komunikasi non-personal yang dibayar oleh pihak sponsor yang menggunakan media massa untuk membujuk dan mempengaruhi audience. Adapun Menurut Dunn & Barban (1996), periklanan adalah komunikasi non-personal melalui beragam media yang dibayar oleh perusahaan, organisasi non-profit dan individu-individu dengan menggunakan pesan iklan yang diharapkan dapat menginformasikan atau membujuk kalangan tertentu yang membaca pesan tersebut.

Secara umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya, antara lain (Shimp, 2003:357):

a) Informing (memberi informasi)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, kemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya per kontak yang relatif rendah, periklanan memfasilitasi pengenalan (introduction) merek-merek baru, meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek yang telah ada dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA - top of mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang. Periklanan menampilkan peran informasi bernilai lainnya baik untuk merek yang diiklankan maupun konsumennya dengan mengajarkan manfaat-manfaat baru dengan merek-merek yang telah ada.

b) Persuading (membujuk)

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih sering iklan berupaya membangun permintaan sekunder, yakni pernintaan bagi merek-merek perusahaan yang spesifik.

c) Reminding (mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya. Periklanan lebih jauh, didemonstrasikan untuk mempengaruhi pengalihan merek (brand switching) dengan mengingatkan para konsumen yang akhir-akhir ini belum membeli suatu merek yang tersedia dan mengandung atribut-atribut yang menguntungkan.

d) Adding Value (menambah nilai)

Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa memberi nilai tambah bagi penawaran-penawaran mereka: inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah persepsi konsumen. Ketiga komponen nilai-tambah tersebut benar-benar independen.

“Inovasi tanpa kualitas adalah semata-mata hal yang baru. Persepsi konsumen tanpa kualiatas dan/atau inovasi adalah semata-mata reklame yang berlebihan. Dan keduanya, inovasi dan kualitas, jika tidak diterjemahkan ke dalam persepsi-persepsi konsumen, seperti suara pohon terkenal yang tumbang dihutan yang kosong.”

Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.

e) Bantuan untuk upaya lain perusahaan

Peran lain dalam periklanan adalah membantu perwakilan penjualan. Iklan mengawali proses penjualan produk-produk perusahaan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang prospektif. Upaya, waktu, dan biaya periklanan dapat dihemat karena lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk memberi informasi kepada prospek tentang keistimewaan dan keuntungan produk. Terlebih lagi, iklan melegitimasi atau membuat apa vang dinyatakan (klaim) oleh perwakilan peniualan menjadi lebih kredibel (lebih dapat dipercaya).

2.3 Teori semiotika yang digunakan

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek- objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53).

1) Teori Tanda (Ikon, Indeks dan Simbol)

Charles Sanders Peirce seorang ahli filsuf dari Amerika (1839-1914) mengutarakan bahwa kehidupan manusia dicirikan oleh pencampuran tanda dan cara penggunaannya dalam aktivitas yang bersifat representatif (Marcel Danesi, 2010:33). Penjelasan tersebut mengidentifikasikan tanda-tanda yang diciptakan oleh manusia yang merupakan representasi dari latar kebudayaan mereka.

Merujuk teori Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol (Roland dalam Riyadi, 1996:45).

a) Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah ikon dari Pak Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Pak Sultan adalah ikon dari ibu jari Pak Sultan.

b) Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya: asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Jejak telapak kaki di tanah merupakan tanda indeks orang yang melewati tempat itu. Tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu.

c) Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Contohnya: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya, Garuda Pancasila hanya dipandang sebagai burung elang biasa.

2) Teori Makna (Denotatif dan Konotatif)

Makna dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu tingkat denotasi dan tingkat konotasi. Makna denotasi merupakan makna tanda yang eksplisit, makna yang sesuai dengan yang ada di kamus, tetap dalam tempatnya dan miskin informasi.

Sementara itu, makna konotasi adalah makna tanda yang implisit, tidak langsung dan tidak pasti yang berarti terbuka terhadap berbagai kemungkinan (Piliang, 2003:261). Makna konotasi adalah makna yang sesuai konteks dan dapat berubah sesuai konteks, dan kaya informasi.

Kita semua seringkali menggunakan makna tetapi sering kali pula kita tidak memikirkan makna itu. Ketika kita masuk ke dalam sebuah ruangan yang penuh dengan perabotan, di sana muncul sebuah makna. Seseorang yang belum lama kita kenal, hampir setiap hari melayangkan sms yang bernada muatan cinta. Apakah bisa dipastikan bahwa di sedang jatuh cinta? Seseorang yang sedang kia hadapi tersenyum manis dan menatap penuh keheranan. Apakah bisa diartikan dia terkagum-kagum dengan kita? Seorang kawan menyeberang jalan dan melambaikan tangannya ke arah kita, hal itu berarti ia menyapa kita.

Makna dalam satu bentuk atau bentuk lainnya, menyampaikan pengalaman sebagian besar umat manusia di semua masyarakat.

Semuanya itu merupakan lingkup konotasi, beda halnya dengan pemakaian bahasa yang bersifat denotatif. Salah satu contoh pemakaian bahasa denotatif dalam periklanan adalah bahasa persuasif iklan rokok merupakan gaya bahasa kiasan (tropes), dimana sesuatu yang akan ditawarkan tidaklah langsung diungkapkan lewat kata-kata atau bahasa yang digunakan (locutionary act).

Bahasa persuasif yang digunakan cenderung pada bentuk nonformal, misalnya dalam kalimat “Pria punya selera”, seharusnya “Pria mempunyai selera”, “Selera pemberani”, seharusnya “Selera seorang pemberani”.

Bahasa yang digunakan cenderung singkat namun padat atau sarat makna, seperti dalam tampilan visualnya yang pada akhirnya menuntun konsumen untuk memilih produk tertentu (perlocutionnary act). Makna denotatif meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial).

Menurut Frank (1996:17), makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Contohnya, gambar wajah orang tersenyum, dapat diartikan sebagai suatu keramahan, kebahagiaan. Tetapi sebaliknya, bisa saja tersenyum diartikan sebagai ekspresi penghinaan terhadap seseorang. Untuk memahami makna konotatif, maka unsur-unsur yang lain harus dipahami pula.

BAB III
ANALISA IKLAN




3.1 Mendefinisikan Objek Iklan

Iklan untuk "The Moldy Whopper” dari Burger King, dengan produk andalan mereka, Whopper, merek hamburger ikoniknya. Namun, yang membedakan iklan ini adalah pendekatan visualnya yang berani.

Dalam iklan tersebut, Whopper dibiarkan membentuk dan menghadirkan ruang yang biasanya dianggap tidak menyenangkan atau bahkan menjijikkan dalam konteks makanan. Pesan yang ingin disampaikan iklan ini adalah perubahan kebijakan Burger King untuk berhenti menggunakan bahan pengawet pada produknya. Penggunaan Whopper sebagai barang promosi menegaskan bahwa hamburger tidak lagi menggunakan bahan pengawet yang biasa digunakan untuk menjaga kesan segar dan tampilan yang sempurna.

Dengan visual yang dramatis, Burger King menyampaikan bahwa produknya lebih natural dan murni, meskipun tampilannya yang biasanya menarik menjadi kurang terlihat. Iklan ini menyoroti pentingnya penggunaan bahan-bahan alami dalam makanan dan respons perusahaan terhadap meningkatnya permintaan konsumen akan makanan yang lebih sehat dan alami.

Dengan mengubah presentasi visual iklan secara radikal, hal ini bertujuan untuk menarik perhatian dan menyampaikan pesan bahwa keaslian lebih penting daripada tampilan sempurna yang diciptakan oleh bahan kimia.

3.2 Menganalisis Teks dan Citra dalam Iklan

1) Analisa Teks

Iklan ini mengandung pesan yang cukup jelas:

"The Beauty of No Artificial Preservatives" yang berarti “Keindahan tanpa pengawet buatan”.

Gambar iklan Burger King dengan tulisan "The Beauty of No Artificial Preservatives" dan burger Whopper yang berjamur memiliki sejumlah aspek analisis:

a) Pernyataan Kehadiran Bahan Pengawet

Frasa "The Beauty of No Artificial Preservatives" menyoroti perubahan dalam formulasi produk Burger King, menekankan bahwa mereka telah menghilangkan bahan pengawet buatan dari produknya. Ini adalah upaya untuk menarik perhatian konsumen yang semakin peduli dengan kualitas dan kesegaran makanan yang mereka konsumsi.

b) Visualisasi Konsep Kesegaran

Meskipun gambaran berjamurnya burger Whopper bisa dianggap mengejutkan, itu adalah cara visual yang kuat untuk menonjolkan kesegaran makanan tanpa bahan pengawet buatan. Ini menciptakan cerita bahwa kesegaran tidak hanya terkait dengan penampilan visual, tetapi juga dengan komposisi dan kualitas makanan.

c) Kredibilitas dan Transparansi

Gambaran berjamurnya burger ini adalah upaya untuk memberikan transparansi dan kredibilitas kepada konsumen. Burger King berani menunjukkan produknya dalam keadaan yang berbeda untuk membuktikan klaim bahwa mereka telah menghilangkan bahan pengawet buatan.

d) Pembingkaian Baru tentang Kesegaran Makanan Cepat Saji

Gambaran burger Whopper yang berjamur merombak citra konvensional tentang makanan cepat saji. Ini menghadirkan gagasan baru bahwa makanan cepat saji juga bisa alami dan segar tanpa harus menggunakan bahan-bahan pengawet buatan.

e) Perubahan Paradigma Konsumen

Iklan ini tidak hanya tentang produk, tetapi juga tentang perubahan paradigma dalam makanan cepat saji. Ini mendorong konsumen untuk mempertimbangkan komposisi makanan dan memberikan kepercayaan bahwa makanan cepat saji juga bisa menjadi pilihan yang lebih sehat.

f) Respons Terhadap Kesadaran Konsumen

Perubahan dalam produk ini merupakan respons terhadap meningkatnya kesadaran konsumen tentang kesehatan dan kualitas makanan yang mereka konsumsi. Iklan ini berfungsi sebagai usaha merek untuk tetap relevan di era di mana konsumen lebih memperhatikan kualitas dan keaslian produk.

2) Analisa Citra

Dalam konteks teori semiotika Roland Barthes, citra Whopper yang berjamur dapat dianggap sebagai tanda yang memiliki makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif dari tanda ini adalah sebuah burger yang sudah basi dan tidak layak makan. Makna konotatif dari tanda ini adalah kesegaran, kebersihan, dan kualitas.

Makna denotatif dari citra ini jelas dan langsung. Siapa pun yang melihat citra ini akan tahu bahwa burger tersebut sudah basi dan tidak layak makan. Namun, makna konotatif dari citra ini lebih kompleks dan interpretatif.

Makna konotatif dari citra ini dapat diartikan sebagai berikut:

a) Kesegaran

Burger yang tidak basi adalah burger yang segar. Burger yang berjamur adalah burger yang tidak segar. Oleh karena itu, citra Whopper yang berjamur dapat diartikan sebagai simbol dari ketidaksegaran.

b) Kebersihan

Burger yang tidak basi adalah burger yang bersih. Burger yang berjamur adalah burger yang tidak bersih. Oleh karena itu, citra Whopper yang berjamur dapat diartikan sebagai simbol dari ketidakbersihan.

c) Kualitas

Burger yang tidak basi adalah burger yang berkualitas. Burger yang berjamur adalah burger yang tidak berkualitas. Oleh karena itu, citra Whopper yang berjamur dapat diartikan sebagai simbol dari ketidakkualitasan.

Citra dalam iklan "The Beauty of No Artificial Preservatives" memuat pesan yang mendalam melalui penggunaan gambar yang memperlihatkan burger Whopper yang berjamur, yang memunculkan beberapa aspek analisis:

a) Keberanian Visual

Penggunaan gambar burger yang terlihat berjamur bertujuan untuk menonjolkan penghapusan bahan pengawet buatan. Ini adalah pendekatan yang berani karena menampilkan sesuatu yang biasanya tidak terkait dengan citra makanan siap saji.

b) Kontras yang Menonjol

Kontras antara burger yang berjamur dengan citra umum makanan cepat saji yang segar dan menggugah selera adalah poin fokus yang menonjolkan perbedaan. Ini membantu menyoroti keunikan dari penghilangan bahan pengawet buatan.

c) Simbol Kesehatan

Meskipun berjamur biasanya dianggap tidak sehat, gambar tersebut justru dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan kesehatan. Ini menjadi simbol bahwa tanpa bahan pengawet, produk tersebut berpotensi lebih alami dan bebas dari bahan-bahan kimia.

d) Keterlibatan Emosional

Penggunaan citra yang tidak biasa ini bisa memicu respons emosional. Mulai dari kejut karena visual yang tidak biasa hingga perasaan tertarik karena pesan yang ingin disampaikan.

e) Eksplorasi Nilai Merek

Iklan ini menggali nilai-nilai merek yang berkaitan dengan kejujuran, transparansi, dan komitmen terhadap kualitas. Pesan "no artificial preservatives" menonjolkan komitmen Burger King terhadap produk yang lebih alami.

3) Arti Kiasan

a) Jamur sebagai simbol kesegaran

Jamur biasanya dianggap sebagai simbol dari pembusukan. Namun, dalam konteks iklan ini, jamur justru digunakan sebagai simbol dari kesegaran. Hal ini karena jamur hanya dapat tumbuh pada makanan yang segar dan tidak menggunakan bahan pengawet buatan.

b) Jamur sebagai simbol alami

Jamur adalah makhluk hidup yang tumbuh secara alami. Oleh karena itu, jamur dapat digunakan sebagai simbol dari produk yang lebih alami dan tidak mengandung bahan-bahan kimia.

c) Burger Whopper sebagai simbol perubahan

Burger Whopper adalah produk andalan dari Burger King. Namun, dalam iklan ini, Burger Whopper yang biasanya terlihat segar dan menggugah selera justru terlihat berjamur. Hal ini melambangkan perubahan yang terjadi pada produk Burger King, yaitu penghapusan bahan pengawet buatan.

d) Tulisan "The Beauty of No Artificial Preservatives" sebagai simbol komitmen

Tulisan ini menegaskan bahwa Burger King berkomitmen untuk menyediakan produk yang lebih alami dan sehat. Hal ini terlihat dari penghapusan bahan pengawet buatan dari produk Burger King.

4) Arti Bukan Kiasan

a) Burger Whopper yang berjamur sebagai bukti tidak adanya bahan pengawet buatan

Burger Whopper yang berjamur adalah bukti bahwa burger tersebut tidak menggunakan bahan pengawet buatan. Jamur hanya dapat tumbuh pada makanan yang segar dan tidak menggunakan bahan pengawet buatan. Oleh karena itu, berjamurnya Burger Whopper menunjukkan bahwa burger tersebut tidak menggunakan bahan pengawet buatan.

b) Tulisan "The Beauty of No Artificial Preservatives" sebagai informasi

Tulisan ini memberikan informasi kepada konsumen bahwa Burger King telah menghilangkan bahan pengawet buatan dari produknya. Tulisan ini juga menegaskan bahwa Burger King berkomitmen untuk menyediakan produk yang lebih alami dan sehat.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang arti bukan kiasan dari beberapa elemen dalam iklan tersebut:

a) Burger Whopper yang berjamur

Burger Whopper yang berjamur adalah representasi fisik dari produk yang tidak menggunakan bahan pengawet buatan. Jamur adalah makhluk hidup yang tumbuh secara alami, dan hanya dapat tumbuh pada makanan yang segar. Oleh karena itu, berjamurnya Burger Whopper menunjukkan bahwa burger tersebut tidak menggunakan bahan pengawet buatan dan masih segar.

b) Tulisan "The Beauty of No Artificial Preservatives"

Tulisan ini memberikan informasi kepada konsumen secara langsung tentang perubahan yang dilakukan oleh Burger King. Tulisan ini juga menegaskan komitmen Burger King untuk menyediakan produk yang lebih alami dan sehat.

5) Arti Sebenarnya

a) Burger Whopper yang berjamur

Burger Whopper yang berjamur adalah representasi fisik dari produk yang tidak menggunakan bahan pengawet buatan. Jamur adalah makhluk hidup yang tumbuh secara alami, dan hanya dapat tumbuh pada makanan yang segar. Namun, dalam konteks iklan ini, berjamurnya Burger Whopper tidak berarti bahwa burger tersebut masih segar dan aman untuk dikonsumsi. Sebaliknya, justru menunjukkan bahwa burger tersebut sudah basi dan tidak layak dikonsumsi.

b) Tulisan "The Beauty of No Artificial Preservatives"

Tulisan ini memberikan informasi kepada konsumen secara langsung tentang perubahan yang dilakukan oleh Burger King. Tulisan ini juga menegaskan komitmen Burger King untuk menyediakan produk yang lebih alami dan sehat. Namun, dalam konteks iklan ini, tulisan ini juga bisa dianggap sebagai ironi. Hal ini karena burger yang berjamur tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang indah atau sehat.

3.3 Mengelompokkan teks citra yang ada berdasarkan Ikon, Indeks, dan Simbol

a) Ikon

Dalam iklan ini, terdapat dua ikon yang dapat diidentifikasi, yaitu:

1) Citra Whopper


Citra Whopper adalah ikon dari makanan cepat saji. Whopper adalah burger yang ikonik dan terkenal di seluruh dunia. Oleh karena itu, citra Whopper dapat digunakan untuk mewakili makanan cepat saji secara umum.

2) Jamur


Jamur adalah ikon dari pembusukan. Jamur hanya dapat tumbuh pada makanan yang sudah basi atau tidak segar. Oleh karena itu, citra jamur dapat digunakan untuk mewakili ketidaksegeraan, ketidakbersihan, dan ketidakkualitasan.

b) Indeks

Pada iklan ini, terdapat beberapa indeks yang teridentifikasi, yaitu:

1) Tekstur


Jika diperhatikan lebih detail, tekstur dari jamur yang tumbuh pada burger dan perbedaannya dengan tekstur daging burger yang asli dapat menjadi titik fokus. Perbedaan tekstur ini mencerminkan perubahan dari keadaan makanan yang umumnya diasosiasikan dengan kesegaran dan keawetan menjadi sesuatu yang lebih alami dan berubah sesuai dengan lingkungan.

2) Ruang Negatif


Konsep ruang negatif, yaitu ruang kosong di sekitar objek, juga dimanfaatkan dalam gambar ini. Keberadaan ruang negatif di sekitar jamur dan burger dapat menyoroti perubahan signifikan pada produk, menekankan bahwa perubahan ini membuat produk menjadi lebih alami dan bebas dari bahan pengawet.

3) Komposisi Visual



Cara penataan elemen-elemen visual di dalam gambar juga memiliki peran penting. Seperti jamur tumbuh pada burger dan elemen-elemen lain ditempatkan (seperti tulisan "The Beauty of No Artificial Preservatives") adalah bagian dari komposisi visual yang menarik dan efektif dalam menyampaikan pesan.

c) Simbol

Dalam analisis simbol pada gambar iklan tersebut, ada beberapa pengelompokan berdasarkan simbol yang digunakan:

1) Jamur


Simbol jamur di sini menandakan pertumbuhan organik alami. Jamur yang tumbuh pada burger memiliki tujuan spesifik untuk menggambarkan bahwa produk tersebut bebas dari bahan pengawet. Ini menjadi simbol perubahan alami pada produk makanan yang biasanya diasosiasikan dengan kesegaran.

2) Burger Whopper


Produk andalan dari Burger King ini, walaupun tertutup jamur, masih dikenali dengan jelas. Simbol ini menunjukkan bahwa meskipun ada perubahan, produk inti tetap dipertahankan, dan inilah yang menjadi fokus perubahan, yaitu penghapusan bahan pengawet.

3) Warna dan Bentuk


Pemilihan warna dan bentuk memiliki nilai simbolik. Jamur yang berwarna hijau dan terbentuk dengan jelas menunjukkan kontras yang kuat dengan warna dan bentuk daging burger yang asli. Ini merupakan simbol perubahan dari produk yang biasanya steril dan abadi menjadi sesuatu yang lebih alami dan rentan terhadap perubahan alami.

4) Tulisan "The Beauty of No Artificial Preservatives"


Tulisan ini juga merupakan simbol penting dalam mengkomunikasikan pesan bahwa produk tersebut tidak lagi menggunakan bahan pengawet buatan. Tulisan ini menambah konteks dan memperjelas pesan yang ingin disampaikan oleh gambar.

5) Tulisan “The Whopper Day 28”


Tulisan ini menjelaskan bahwa pada gambar yang terdapat pada iklan ini, Whopper selaku menu andalan Burger King, sudah berjamur setelah 28 hari. Secara tidak langsung, Burger King menginformasikan bahwa produk mereka benar-benar sudah tidak menggunakan bahan pengawet apapun.

3.4 Membuat Generalisasi

Citra yang dijelaskan dalam iklan "The Beauty of No Artificial Preservatives" menampilkan burger Whopper yang menjadi berjamur, memberikan pesan visual yang sangat kuat tentang perubahan yang terjadi pada produk tersebut. Ketika burger alami seperti Whopper tumbuh jamur, ini memberikan kesan bahwa makanan tersebut secara alami tidak menggunakan bahan pengawet buatan.

Melalui pesan ini, Burger King ingin menyampaikan komitmen mereka untuk menyediakan makanan yang lebih alami dan sehat. Mereka menekankan bahwa produk mereka tidak mengandung bahan-bahan buatan, yang seringkali menjadi alasan mengapa makanan cepat saji memiliki masa simpan yang lebih lama. Dengan kata lain, gambar ini mencerminkan nilai-nilai seperti keaslian, kualitas, dan komitmen terhadap kesegaran dan kesehatan dalam produk makanan mereka.

Pemahaman visual ini merupakan cara yang inovatif dan jelas dalam menyampaikan pesan kepada pelanggan potensial bahwa mereka dapat mempercayai Burger King karena produknya lebih alami tanpa bahan pengawet buatan, menjadikan iklan ini sebagai pernyataan bahwa perubahan menjadi lebih sehat adalah hal yang baik dan patut diapresiasi.

BAB IV
KESIMPULAN

Iklan "The Beauty of No Artificial Preservatives": Burger King adalah contoh menarik dalam penggunaan gambar untuk menyampaikan pesan. Citra burger Whopper yang berjamur adalah cara yang berani dan efektif untuk menyoroti perubahan yang terjadi pada produk, misalnya. penghapusan bahan pengawet buatan.

Gambar ini menyampaikan pesan kuat tentang kesegaran, kemurnian, dan kualitas. Jamur yang tumbuh pada hamburger menandakan bahwa produk tersebut bebas dari bahan pengawet buatan yang sering digunakan untuk menjaga kesegaran dan penampilan produk. Hal ini juga menunjukkan bahwa produk tersebut lebih alami dan tidak mengandung bahan kimia.

Penggunaan gambar ini juga mengeksplorasi nilai-nilai merek Burger King yaitu kejujuran, transparansi, dan komitmen terhadap kualitas. Pesan "tidak mengandung bahan pengawet buatan", menekankan komitmen Burger King untuk menawarkan produk yang lebih alami dan sehat.

Secara keseluruhan, iklan ini adalah contoh sukses dalam menggunakan gambar untuk menyampaikan pesan yang kuat dan efektif.

Komentar

  1. Penggunaan kata yang tepat dan mudah di pahami

    BalasHapus
  2. wahh keren sekali dalamm penulisanya

    BalasHapus
  3. Bagus sekali informasinya, saya tertarik membacanya.

    BalasHapus
  4. sangat hebat, penempatan kata dan gambarnya keren

    BalasHapus
  5. bagus sekali artikelnya tuan abraham yang dermawan

    BalasHapus
  6. Informasi yang sangat bagus, menarik, mempesona, membuat saya menjadi paham tentang jamur. Informasi yang disampaikan juga tidak berbelit belit dan mudah di pahami.

    BalasHapus
  7. Kaisar anda ramah sekali, mudah dibaca dan dipahami, penulisan yang singkat namun lengkap. Ditunggu next blog nya

    BalasHapus
  8. Penulisan katanya bagus bang, menarik juga, ditunggu penulisan selanjutnya

    BalasHapus
  9. wah penelitiannya bagus dan sistematika penyusunannya juga sudah bagus

    BalasHapus
  10. analisisnya detail dan mudah dipahami bagus

    BalasHapus
  11. materinya cukup mudah untuk dipahami

    BalasHapus
  12. lanjutkan terus mas braham tulisan yang bagus

    BalasHapus
  13. Bagus tulisannya bang pityan

    BalasHapus
  14. Keren nih infonya, besok saya ke burgerking aja deh

    BalasHapus

Posting Komentar